Muara Enggelam Desa Tanpa Daratan – adalah sebuah pemukiman terpencil yang unik di Pulau Kalimantan, Indonesia. Desa ini dikenal karena keberadaannya yang benar-benar tidak nampak permukaan tanah, melainkan berdiri di atas air. Muara Enggelam terletak di tepian Sungai Mahakam dan dikenal sebagai salah satu desa terapung di Kalimantan, menawarkan pemandangan yang memukau serta pola hidup yang sangat berbeda dari desa-desa pada umumnya.
Kehidupan sehari-hari di Muara Enggelam sangat bergantung pada sungai. Rumah-rumah penduduk dibangun di atas tonggak-tonggak kayu atau rakit yang terapung, menciptakan pemandangan unik rumah-rumah yang tampak mengapung di atas air. Jembatan kayu sempit menghubungkan satu rumah dengan rumah lainnya, memudahkan mobilitas antar rumah namun juga menuntut keseimbangan dan kehati-hatian ekstra dari penduduk, terutama anak-anak. Perahu menjadi alat transportasi utama bagi penduduk untuk berpergian dari satu tempat ke tempat lain, termasuk ke pasar, sekolah, atau fasilitas kesehatan yang berada di daerah lain.
Mata pencaharian utama penduduk Muara Enggelam adalah perikanan. Sungai Mahakam yang kaya akan berbagai jenis ikan menyediakan sumber daya yang melimpah bagi penduduk. Selain menangkap ikan, beberapa penduduk juga mengembangkan budidaya ikan dengan menggunakan keramba jaring apung. Hasil tangkapan ikan tidak hanya untuk konsumsi sendiri, tetapi juga dijual ke pasar-pasar di daerah lain, memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi desa.
Meskipun hidup di atas air, penduduk Muara Enggelam menghadapi berbagai tantangan yang tidak kalah berat. Akses ke layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan sanitasi sangat terbatas. Sekolah-sekolah sering kali harus ditutup saat air sungai meluap, dan fasilitas kesehatan yang terbatas membuat penanganan penyakit menjadi sulit. Ketersediaan air bersih juga menjadi masalah utama karena penduduk harus mengandalkan air hujan yang ditampung atau membeli air bersih dari luar desa.
Namun, kehidupan di Muara Enggelam juga memiliki kelebihan tersendiri. Hubungan sosial antar penduduk sangat erat, dengan semangat gotong royong yang kuat. Setiap acara adat, perayaan keagamaan, atau kegiatan bersama selalu melibatkan seluruh warga desa. Masyarakat hidup dalam harmoni dengan alam, menghargai dan menjaga lingkungan sekitar mereka dengan penuh kesadaran akan pentingnya keberlanjutan.